NASI CAMPUR GEJAYAN
Pemadam Kelaparan Saat Malam dekat Pasar Demangan
Jalan Affandi (depan Apotek Ardi Farma), Gejayan, Yogyakarta, Indonesia. (
lihat peta)
Phone: +62 813 2840 8488
Meskipun baru buka di atas jam sembilan malam, kuliner di salah satu sudut Jalan Gejayan ini tak pernah sepi pembeli. Nikmatnya seporsi nasi campur yang masih mengepul ditambah sambal teri siap meredakan lapar di malam hari.
Hampir dini hari dan puluhan kendaraan masih berjejer memenuhi salah satu sisi Jalan Gejayan, tepatnya di depan Apotek Ardi Farma. Sedangkan pemiliknya, sebagian terlihat sibuk berkerumun menunggu antrian hingga pesanannya dilayani. Beberapa lainnya telah memenuhi kursi dan meja plastik serta lesehan bertikar yang disediakan. Meskipun udara Jogja malam itu sedang dingin usai diguyur hujan, tampaknya tak menyurutkan niat para pengunjung yang ingin meredakan lapar atau sekadar mencicipi kuliner di sebuah warung tenda yang cukup terkenal di kalangan mahasiswa ini.
Di Jogja, Nasi kucing lengkap dengan sambal teri menjadi menu khas yang bisa dengan mudah kita temukan di angkringan-angkringan. Tapi di warung tenda yang tak jauh dari pasar Demangan ini, kita tak akan menemukan nasi dengan sambal teri yang disajikan dalam bungkusan-bungkusan seukuran kepalan tangan, melainkan dalam piring-piring plastik bersama beberapa sayur dan beragam lauk-pauk layaknya nasi ramesan. Beragam gelar pun diberikan pada warung tenda tak bernama ini, seperti Nasi Campur Gejayan, Nasi Campur Demangan, Nasi Campur Sambal Teri, Nasi Campur Pak Wal, Nasi Campur Pak Yo, Nasi Campur Mbah Dul dan masih banyak sebutan lainnya. Bahkan fanbase kuliner yang rata-rata adalah kalangan mahasiswa ini ada yang menyebutnya "Mc. Dul".
Sebagai bukti betapa melegendanya Warung Nasi Campur Gejayan, beberapa fans-nya rela mengantri beberapa jam sebelum warung ini buka. Bahkan pelanggan lama yang sudah sangat "mengenal" warung tenda ini, terkadang merasa tak sabar harus menunggu hingga larut malam. Mereka pun nekat mendatangi rumah si empunya warung yang masuk ke dalam gang, tak jauh dari lokasi warung tersebut.
Usai memarkirkan kendaraan, YogYES pun segera bergabung dalam antrian. Di tengah kerumunan tampak sebuah meja penuh dengan panci-panci berisi sayur lodeh, aneka lauk dalam piring-piring lebar bahkan baskom seperti aneka gorengan, telur dadar, telur asin, telur bumbu balado, ayam goreng, ayam bumbu balado dan masih banyak lainnya. Tak ketinggalan segerombol petai mentah digantung tepat di atas meja yang menggoda para penggemarnya.
Meskipun kerumunan orang sepertinya tak menandakan akan segera bubar, namun tak perlu waktu yang lama bagi YogYES untuk mendapatkan sepiring nasi campur lengkap dengan sambal teri dan lauk-pauk lain sebagai teman makan. Dengan cekatan Pak Waluyo dan istrinya melayani setiap pesanan dari pelanggan termasuk kami. Pak Waluyo dan istrinya adalah generasi kedua yang berjualan Nasi Campur di Jalan Gejayan ini. Beliau meneruskan usaha kuliner melegenda ini dari bapaknya yang dikenal sebagai Mbah Dul atau Pak Abdul pada tahun 1993.
Di antara puluhan pembeli yang menunggu antrian, tiba-tiba ada salah seorang yang bertanya, "Ini gudeg ya pak?"
Saya pun berpikir, mungkin pembeli tersebut baru pertama kali datang untuk mencoba kuliner Nasi Campur Gejayan. Ditanya seperti itu, Pak Waluyo pun hanya menjawab singkat sambil tetap berkutat melayani pembeli, mengisi piring-piring kosong dengan nasi yang masih mengepul. "Gudeg apa. Ndak ada gudeg di sini."
Selain kering tempe dan sambal teri, beragam sayur lodeh memang menjadi salah satu ciri khas nasi campur di warung tenda yang sudah melegenda sejak tahun tujuh puluhan ini. Kita bisa menemukan labu siam, kacang panjang dan nangka muda dalam sayur berkuah santan dan dibumbu pedas. Mungkin karena berbahan dasar sama dengan gudeg berupa nangka muda, beberapa orang salah menyebutnya dengan makanan khas Jogja tersebut.
Seporsi nasi campur dan segelas jeruk hangat sudah di tangan. YogYES pun segera memilih salah satu sudut lesehan bertikar yang masih kosong dengan penerangan lampu-lampu toko dan lampu jalanan. Kami tak sabar untuk segera menikmati nasi campur hangat-hangat di tengah dinginnya udara Jogja malam itu. Dalam suapan pertama barulah kami sadar, meskipun berbahan sama dan sekilas tampilan sayur nangka muda racikan Pak Waluyo ini mirip gudeg, tapi rasanya jauh berbeda. Jika gudeg punya cita rasa khas yang manis gurih, lodeh nangka muda ini memiliki paduan rasa asin, gurih dan pedas. Rasanya semakin mantap ditambah dengan sambal teri yang rasanya pas di lidah para pecinta kuliner pedas. Bagi yang tak terlalu suka pedas, hati-hati dengan jebakan batman saat menikmati sajian nasi campur ini di tengah cahaya ala kadarnya. Lebih amannya bisa memesan nasi campur tanpa tambahan sambal teri.
Dengan beragam topping dalam seporsi nasi campur bisa dibayangkan berapa banyak nutrisi yang bisa didapat dari labu siam, kacang panjang, nangka muda, tempe, dan ikan teri, serta pilihan lauk-pauk lain. Apalagi sambal teri yang berbahan dasar ikan-ikan laut berukuran kecil dari anggota family Engraulidae ini dikenal sebagai salah satu sumber protein tinggi pengganti telur, daging dan susu. Selain itu, karena ikan-ikan kecil yang juga disebut ikan Bilis ini dimakan bersama dengan tulang ikannya, kita juga bisa mendapatkan manfaat kalsium dan fosfor. Meskipun banyak nutrisi yang bisa didapat saat menikmati Nasi Campur racikan Pak Waluyo, mengkonsumsi kuliner ini terlalu sering pun tak terlalu baik. Karena sayur lodeh yang dimasak dengan santan adalah salah satu pemicu kolesterol. Jadi kalau ketagihan dengan masakan Pak Waluyo, paling tidak jangan tiap malam mampir ke warung tendanya ya!
Catatan:
Setiap dua minggu sekali pada Hari Minggu, biasanya Warung Nasi Campur Gejayan tidak berjualan. Sebelum kecewa, mungkin bisa menanyakan pada kontak yang tersedia.