Tuesday, October 18, 2016

                     Soto Ayam Kampung Pak Dalbe

     warung Soto Ayam Pak Dalbe yang berlokasi di jalan Jend. Sudirman, Jogjakarta. Untuk mencarinya tidaklah sulit, karena berada tepat di tengah-tengah antara Gereja Baptis Indonesia Anugerah dan Pizza Hut. Warungnya sangat sederhana dan kecil, mungkin lebarnya hanya sekitar 2 meter dan memanjang ke belakang. Meskipun warungnya sangat kecil, tapi pengunjungnya ramai banget, bahkan sampai ada yang makan di sisi jalan trotoar dan di bawah pohon asem.
Sebenarnya Soto Ayam Pak Dalbe ini juga memiki beberapa cabang yang lebih luas, ada yang di Jl. Afandi, Gejayan dan Babar Sari Timur POM Bensin. Tapi entah mengapa para pelanggannya kebanyakan lebih memilih untuk datang ke warung pusatnya yang kecil ini.
Pada awalnya, Pak Dalbe yang hanya lulusan Sekolah Dasar sejak kecil sudah sering ikut membantu pamannya untuk berjualan soto secara berkeliling. Hingga akhirnya sekitar tahun 1988-an, Beliau mencoba untuk berjualan sendiri dengan menempati sebuah lapak kecil di dekat Kantor Harian BERNAS, Jogjakarta. Seiring dengan berjalannya waktu dan proses yang cukup panjang, akhirnya Pak Dalbe pindah ke lokasi yang sekarang ini. Untuk sampai ke posisi yang sudah dicapainya sekarang ini, usaha serta perjuangan Pak Dalbe cukup berat. Meskipun sekarang ini namanya sudah dikenal hingga ke beberapa kota lain, tapi Beliau masih sering ikut melayani para pelanggannya.
Setelah selesai berbincang dengan Beliau, Saya mencicipi kenikmatan soto ayamnya. Semangkuk soto ayam yang tersaji dengan kuah yang cukup panas sudah menggoda saya untuk segera mencicipinya. Kuahnya bening agak kecokelatan, ada bihun, kubis, taoge panjang, suwiran daging ayam, irisan seledri dan taburan bawang goreng. Rasanya gurih, segar dan sedikit rasa manis, kalau menikmati soto ini jangan lupa untuk menambahkan sedikit sambal, perasan air jeruk nipis dan juga tempe gorengnya. Rasanya semakin komplit, selain kesegaran dari taogenya, rasa asam, pedas dan gurih bercampur menjadi satu. Selain tempe goreng, bisa juga ditambahkan dengan sate ayam, kepala atau sayap ayam.
Untuk seporsi soto ayam campur dibandrol 6ribu rupiah, sedangkan untuk gorengan 5ratus rupiah dan untuk sayap dan satenya 1.500 rupiah saja. Biasanya jam 6 pagi sudah mulai melayani pelanggannya, dan sekitar jam 1 siang sudah habis. Sedangkan pada hari Sabtu, Minggu dan hari-hari besar tertentu Pak Dalbe tidak jualan.

Mangut Lele Bu Is

               mangut lele bu is

Jogja yang dikenal sebagai kota Gudeg, ternyata memiliki kuliner mangut lele yang cukup menonjol di dunia perkulineran. Salah satunya yaitu mangut lele di Rumah Makan Mangut Lele Bu Is, lokasinya berada di Jalan Imogiri Barat KM 12, Sumber Agung, Jetis Bantul. Akses menuju lokasinya cukup mudah, kalau dari arah pusat kota Jogja sebelum perempatan Jetis, Bantul, rumah makannya da di sebelah kiri jalan raya. Rumah Makan ini cukup besar dengan warna hijau yang menyelimuti seluruh dindingnya, di dalam rumah di set untuk lesehan. Kalau tidak ingin menikmati dengan lesehan, kita bisa memilih tempat yang ada di samping rumah.
Pasalnya Rumah Makan Mangut Lele Bu Is sudah berdiri sejak tahun 1978-an dengan menempati rumah yang sederhana, seperti rumah yang di pedesaan pada umumnya. Kemudian pada tahun 2006, usaha ini dikelola oleh putranya yang bernama Bapak Iswandi bersama istrinya. Sedangkan Ibu Is sendiri sekarang sudah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Rumah Makan Mangut Lele Bu Is ini juga tak luput dari gempa besar dan gunung meletus yang menimpa Jogjakarta. Meskipun kerusakan yang terjadi tidak terlalu parah, namun warung ini sempat tutup untuk beberapa bulan. Dan mulai berjualan lagi setelah rumahnya direnovasi menjadi lebih kokoh dan rapi seperti sekarang ini.
Sesuai dengan namanya, menu andalan di rumah makan ini yaitu mangut lele. Mungkin menu ini cukup familiar bagi kita, namun penyajiannya mungkin tidak akan kita jumpai di tempat lain. Mangut lelenya disajikan di dalam satu baskom ukuran sedang dan jumlahnya sesuai dengan orang yang datang. Sebakul nasi putih dan beberapa jenis sayuran segar atau rebus disajikan sebagai sidedishnya. Ada sepiring taoge rebus, sepiring bayam dan kenikir rebus, sepiring mentimun, dan sepiring irisan sayur segar yang terdiri dari daun pepaya dan daun lempuyang/ luntas serta beberapa tangkai daun kemangi. Selain itu, juga ada oseng lombok ijo, sepiring bumbu urap dan satu cobek sambal terasi berwarna hitam pekat. Semua sidedishbisa dinikmati sepuasnya, kalaupun ingin menambah juga diperbolehkan.
Mangut lelenya enak dengan kuah santan sedang, tidak terlalu kental atau terlalu cair dan sedikit agak pedas. Kalau bagi Saya pribadi yang membuatnya special justru terletak padasidedishnya, sayuran dicocol dengan sambal terasi benar-benar nikmat. Apalagi untuk sayur irisnya, meskipun menggunakan daun pepaya yang biasanya pahit, tapi untuk kali ini daun pepayanya tidak ada rasa pahit sama sekali. Sambal terasinya hitam pekat, kental, rasa pedas, asin dan manisnya bisa terasi tanpa ada yang tertutupi oleh rasa yang lain.
Mungkin Anda akan terkejut ketika menyelesaikan pembayarannya. Karena untuk semua sajian yang melimpah dan memuaskan tersebut, kita cukup mengeluarkan kocek sebesar 12ribu rupiah, dan itu pun sudah termasuk dengan segelas teh manis. Mengingat harga dan penyajianya lain dari pada yang lain, tidak heran kalau setiap hari sekitar ±15kg ikan lele bisa habis dalam sehari. Biasanya rumah makan ini mulai melayani para pengunjungnya dari jam 8 pagi sampai jam setengah 8 malam setiap hari.

                         Bebek Suwar-Suwir Bale Raos


Resto ini masih berada diseputaran Keraton Yogyakarta, tepatnya di Jl. Magangan Kulon 1, tepat bersebelahan dengan toko cinderamata Sarinah, dekat dengan Tamansari dan Pasar Burung Ngasem. Suasana keratonnya sangat terasa dan kental sekali. Sebagai contoh, sebelum memasuki area parkir restoran saja kita diwajibkan untuk mematikan mesin motor dan menuntun motor sampai area parkir. Tidak boleh dinaiki walaupun motor sudah dalam keadaan mati. Ini salah satu aturan yang memang ada dalam wilayah keraton.
Menu yang paling terkenal di resto ini adalah Bebek Suwar-Suwirnya, yang merupakan makanan favorit dari Sultan Hamengku Buwono IX. Bebek goreng yang kemudian dagingnya di iris-iris disajikan bersama dengan irisan nanas goreng dan saus kedondong parut yang dimasak bersama rempah-rempah. Sangat menggugah selera, rasa saus mampu mengimbangi aroma tajam daging bebek.
Selain Bebek Suwar-Suwir, ada banyak menu lain yang ditawarkan. Seperti Lombok Kethok (makanan favorit Sultan HB VII-IX), Semur Piyik (makanan favorit Sultan HB IX), Urip Urip Gulung (makanan favorit Sultan HB VII), Sanggar (makanan favorit Sultan HB VIII – HB X), Soup Timlo (makanan favorit Sultan HB X), Gecok Ganem (makanan favorit Sultan HB IX) dan masih banyak lagi yang lainnyaSedangkan untuk pilihan minumannya juga cukupbanyak, yang paling terkenal adalah Beer Jawa kesukaannya Sultan Hamengku Buwono VIII, dan juga Es Camcau.
Resto yang buka dari jam 09.30 – 21.30 WIB (kecuali hari Senin hanya dari jam 09.30 – 15.00 WIB) mempunyai kapasitas lumayan besar, mampu menampung hingga 200 orang. Bale Raos mematok harga untuk makanan berkisar antara Rp 15.000 – Rp 44.000, sedangkan untuk minuman sekitar Rp 6.000 – Rp 12.000. Selain menikmati hidangan yang khas, pada hari-hari tertentu dapat dihadirkan live gamelan dan tarian jawa klasik (beksan), dan setiap Sabtu malam Bale Raos akan menyajikan live performance musik keroncongan. Benar-benar terasa nikmat menjadi raja dan ratu walaupun hanya semalam ditempat ini.